Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI) Papua mengeluhkan naiknya harga barang di wilayah pegunungan setelah Jalan Trans-Papua yang menghubungkan Jayapura, Papua, dengan Jayawijaya, Papua Pegunungan, ditutup sementara. Penutupan itu membuat aktivitas pengiriman barang atau kargo kembali dilakukan menggunakan pesawat terbang.
“Kami APPSI Papua mendorong bagaimana agar jalan Trans-Papua Jayapura-Wamena (Jayawijaya) ini cepat selesai agar bisa menekan harga barang bahan pokok dan barang lainnya di daerah pegunungan lebih murah karena selama ini menggunakan pesawat semua, jika Jalan Trans Papua selesai maka akan dapat menggunakan mobil pikap atau truk,” ujar Ketua APPSI Papua Erdi Dabi melalui keterangan tertulis, Rabu (22/3/2023).
Erdi menyebut, penutupan Jalan Trans-Papua itu menyebabkan harga bahan pokok dan bangunan di wilayah pegunungan kembali naik. Hal itu terjadi karena pengiriman barang kembali menggunakan pesawat. Erdi menambahkan, perbedaan biaya angkut antara jalur darat dan udara belum terlalu besar, sekitar Rp 3.000 per kilogram. Namun, hal itu diyakini akan berubah jika perbaikan Jalan Trans Papua selesai.
“Sekarang ongkos kirim pakai pesaway Rp 9.000-9.500/kg, sementara jalur darat Rp 6.000, nanti kalau jalan sudah bagus pasti tarif angkutnya turun dan harga barang di gunung pasti turun,” kata Erdi.
Erdi pun berharap kunjungan Presiden Joko Widodo di Papua dapat menjadi pendorong agar pekerjaan tersebut bisa segera dirampungkan. “Harus fokus pembangunannya dan jangan bangun sedikit-sedikit harus serius dan cepat selesai agar benar-benar manfaat jalan ini dapat dirasakan oleh masyarakat luas karena memang menekan harga barang yang mahal di Pegunungan,” tuturnya.
Sementara, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wamena Zepnat Kambu menjelaskan, Jalan Trans Papua Jayapura-Jayawijaya dalam proses pengerjaan. Ia pun meminta agar para supir truk tidak memaksa untuk melintasi jalur tersebut karena kontraktor berusaha menyelesaikan pekerjaan secepatnya.
“Kami minta kepada para sopir truk lajuran agar tidak memaksakan diri melintas. Saya pikir baiknya bersabar. Kalau jalan ini sudah selesai diperbaiki tentunya menguntungkan pengguna jalan dalam berkendara, ketimbang memaksanya diri melintas dengan kondisi jalan yang rusak, itu hanya memperparah pekerjaan jalan. Kami bukan melarang mereka mencari nafkah, tapi alangkah baiknya jalan ini sudah bagus baru dilalui,” tuturnya.
Sebagai informasi, Jalan Trans Papua Jayapura-Wamena dengan panjang 573 Km saat ini tersisa 75 Km yang belum beraspal. Sementara dari 75 Km yang belum beraspal, sepanjang 25 Km sedang dikerjakan oleh dua perusahaan penyedia jasa yakni PT Paesa Pasindo dan PT Agung Mineral Utama. KOMPAS