Geliat perdagangan di Pasar Induk Kramat Jati di Jakarta Timur sudah jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun silam. Pasar yang berada di bawah PD Pasar Jaya itu dulunya disebut-sebut sebagai pasar tradisional di Asia Tenggara, namun kini justru sepi pengunjung.
Pantauan CNBC Indonesia Jumat (7/7/23), hanya sedikit pembeli yang datang. Sebagian besar orang yang berkunjung merupakan pedagang hingga kuli. Pedagang pun mengakui fenomena ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
“Ini yang mondar-mandir kebanyakan orang sini juga. Pembelinya mah jarang, liat aja, kalau gak kuli, ya jualan kopi atau makanan yang emang biasa di sini,” kata Munthe, pedagang timun di Pasar Induk Kramat Jati kepada CNBC Indonesia, Jumat (7/7/23).
Ia bercerita bahwa ada perbedaan jauh antara berjualan saat ini dibanding beberapa tahun silam. Dulu, Ia mampu berjualan hingga 1 ton dalam sehari. Saat ini setengahnya pun belum tentu, bahkan jauh di bawah itu.
Padahal, Ia menempati kios grosir yang biasa menjual grosiran atau lebih banyak dari eceran.
“Jauh lah bedanya, sekarang karena online di HP jadi semuanya cepat. Orang tinggal kirim-kirim aja, jadi yang datang gak ada. Di sini memang pasar grosir, tapi siapa juga yang mau beli karungan, ujungnya tetap diecer,” ujar Munthe yang sudah berjualan selama lebih dari 10 tahun itu.
Berbeda dengan pasar grosir yang lebih banyak aktivitas kuli dan pedagang, aktivitas di pasar eceran Kramat Jati lengang. Nampak pedagang lebih banyak duduk dan melakukan aktivitas ringan seperti pemotongan bawang.
“Pembeli sudah dikit, jadi yang biasa langganan aja yang belanja. Mereka minta apa, kita kirim. Jadi kalau gak ada langganan susah. Orang datang ke sini pun sudah tahu tujuannya apa, bukan yang mencari-cari dengan muter lagi,” kata Alex, pedagang bawang merah dan bawang putih di Pasar eceran Kramat Jati. CNBCINDONESIA